Benarkah Kita Butuh Rasa Sakit?

Sepuluh tahun aku bergelut di dunia bisnis online, aku merasakan di 8 tahun awal adalah masa-masa mudahnya dalam menghasilkan uang dari internet. Dengan izin dan rezeki dari Allah, dari bisnis online aku pertama kali membeli sepeda motor secara cash saat masih kuliah. Dengan rezeki dan izin dari Allah, dari bisnis online aku beranikan diri untuk menikah, untuk membangun rumah kecil kami dan hingga saat ini. Alhamdulillah.

Namun di dua tahun terakhir ini aku merasa kemudahan itu menjadi sulit. Aku sadar sepenuhnya hal itu terjadi karena kelalaianku dalam mengatur aset digitalku. Juga karena semakin berubah dan berkembangnya dunia bisnis online.

Lama terbuai dengan kemudahan di zona nyaman, belakangan baru aku tersadar bahwa bertahun-tahun di zona nyaman membuatku tak berkembang bahkan semakin lemah.

Sekarang aku mendapat sedikit kesulitan dan akupun baru tahu nikmatnya kemudahan yang dahulu. Betul yang dikatakan ahli hikmah, engkau harus melihat mendung yang kelam untuk bisa melihat pelangi kemudian.

Kesulitan akan menempa jiwa agar tidak menjadi jiwa yang lemah. Mungkin ibarat olahraga terhadap tubuh, ibarat latihan untuk para atlit. Dengan banyaknya cobaan/kesulitan yang berhasil dilalui akan membuat mental dan jiwa semakin kuat. Tidak adanya cobaan akan membuat jiwa lemah.

Bahkan untuk mendapatkan keindahan di akhirat, engkau juga harus mau menerima cobaan dan tantangan di dunia ini. Semakin soleh dirimu maka cobaan akan semakin berat, bukankah cobaan yang paling berat itu ada pada para Nabi dan Rasul?
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abî Waqqâsh Radhiyallahu anhu :
“Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya. [HR. at-Tirmidzi no. 2398].

Untuk melihat keindahan di akhirat, engkau harus mau menerima kesulitan dalam melakukan ketaatan di dunia. Engkau harus melatih jiwa untuk taat. Dan lari dari kesulitan iadah didunia artinya membawa diri kepada kegelapan di akhirat.

Bahkan hidayah Allah salah satunya adalah milik mereka yang mau melatih jiwanya untuk taat.
Allah berfirman :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan”. [QS al-‘Ankabuut: 69].

Sungguh kabar gembira, kesulitan tidak akan selamanya, karena hidup di dunia pun tak selamanya. Bahkan dalam setiap kesulitan sudah disediakan kemudahan.
Firman Allah:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
banner
Previous Post
Next Post

0 comments: